BANDUNG— Ada yang berbeda pada Rapat Paripurna Istimewa DPRD Jabar kali ini. Paripurna Istimewa yang berkaitan dengan perayaan Hari Jadi Jabar, biasanya yang dibacakan hanya sejarah pembentukan Jawa Barat dari zaman perang.
Namun pada peringatan Hari Jadi Jabar ke-80 pada Rapat Paripurna Istimewa DPRD Jabar dilakukan pembacaan sejarah Sang Hyang Siksa Kandang dari beberapa kerajaan disampaikan oleh seniman Rieke Diah Pitaloka, Iman Soleh, perwakilan sejarawan Cirebon, hingga Bogor.
Paripurna yang digelar di Gedung Merdeka Selasa 19/8 ini pun diisi oleh tari-tarian dan sajian musik dan tembang sunda tradisional.
Perayaan pun menghadirkan kirab budaya ‘Jabar Hudang’ yang menghadirkan arak-arakan budaya dan hasil tani dari 27 kabupaten/kota di Jabar.
Sedangkan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi dalam pidatonya mengatakan kenapa pihaknya menceritakan akar kebudayaan dalam upaya pembangunan Jawa Barat.
Menurutnya tidak ada bangsa di dunia yang mencapai kemajuan pembangunan peradaban bangsanya kecuali tetap terikat pada konstitusinya.
“Konstitusi negara maju adalah konstitusi yang mempertahankan nilai tradisi yang terjadi pada masanya. Inggris bangunannya tetap masa lalu, Amerika bangunan tetap masa lalu. Indonesia punya bangunan masa lalunya ada dua, cerita sejarah kedua adalah peninggalan kolonial,” katanya.
Menurutnya pembangunan tidak melulu rangkaian teknokratis yang dibangun oleh pikiran-pikiran akademik, juga bukan fakta yang ditulis dalam buku-buku peraturan daerah tentang anggaran belanja.
“Pembangunan adalah keselerasan manusia dengan alamnya, dengan tanah,air, udara. Kita diberikan tanah yang indah, tanah Sunda,” katanya.
KDM menjelaskan jika seluruh tatanan itu ada dalam catatan Sang Hyang Siksa Kandang, babad yang menceritakan terkait keteraturan tata ruang, dan bagaimana manusia menjaga alam, dan hubungan antar manusia.
Namun catatan sejarah ini menurutnya seolah dilupakan dalam 80 tahun Provinsi Jawa Barat.
“Seluruh nilai-nilai itu kita tinggalkan, seolah kita akan menggapai masa depan, seolah kita adalah kaum akademik yang tidak perlu catatan masa lalu. Seolah kita akan melangkah ke depan, yang dibangun dengan narasi-narasi politik. Kita lupa 80 tahun Jawa Barat terbangun, seluruh rangkaian itu tidak menjadi fakta,” tuturnya.
Catatan sejarah tidak menjadi landasan pembangunan ini yang menurut KDM membuat Jawa Barat masih dirundung banyak persoalan, seperti kemiskinan yang masih tinggi, kerusakan jalan dimana-mana, ada anak terlantar di Sukabumi yang meninggal dunia karena tidak terurus.
“Betapa kita gagap, betapa kita lalai. Perangkat birokrasi yang tersusun hingga tingkat RT, ternyata tidak bisa membangun empati, kenapa? Manusia tidak terbangun dalam nalar dan rasa. Semua orang bicara anggaran dan keuangan, lupa dibalik anggaran ada rasa dan cinta yang bisa meniadakan yang ada, mengadakan yang tiada,” tuturnya.
News
Sang Hyang Siksa Kandang dibacakan di Paripurna Istimewa DPRD Jabar Hari Jadi Jabar ke-80
902025-08-19 19:03:322 Mins read0 Comment
Rapat Paripurna Istimewa DPRD Jabar Hari jadi Jabar ke-80 di Gedung Merdeka, Selasa 19/8.
Baca Juga
ragam
Angkot Listrik "Angklung" Mulai Diujicobakan di Bandung, Ini Rutenya!
yoga712025-10-29 08:26:292 Mins read ragam
Makam di Kota Bandung Tak akan Ada Penggusuran Tanpa Izin Ahli Waris
yoga712025-10-29 08:20:402 Mins read ragam
KDM Benarkan Aqua dari Mata air Pegunungan, Pakar Hidrogeologi ITB jelaskan prosesnya
yoga712025-10-27 14:41:262 Mins read ragam