KDM Benarkan Aqua dari Mata air Pegunungan, Pakar Hidrogeologi ITB jelaskan prosesnya

ilustrasi

ilustrasi

BANDUNG,- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi atau yang dikenal dengan sebutan KDM, membenarkan jika sumber air awal aqua adalah mata air pegunungan. Pembenaran ini, setelah KDM berkunjung kedua kalinya ke perusahaan Aqua. Sebelumnya, pada sidak pertama KDM sempat mempertanyakan asal sumber mata air Aqua apakah betul dari mata air pegunungan setelah menerima penjelasan dari pihak Aqua ada pemboran air tanah. Mata air tersebut dibuatkan jalan ke area proses produksi menggunakan pipa untuk menjaga dan melindungi sumber air baku untuk produk Aqua. "Mata air pegunungan jernih. Emang saya datang kesini ada niat gak jelek-jelekin Aqua," ungkap KDM sesaat sebelum meninggalkan pabrik Aqua. Selama ini, banyak konsumen mengira bahwa air pegunungan yang konsumsinya langsung, diambil dari mata air permukaan yang mengalir di antara bebatuan. Namun, pakar hidrogeologi memahami pemahaman itu dengan penjelasan ilmiah yang justru semakin memperkuat keyakinan akan kualitas dan keamanan udara pegunungan yang selama ini dikonsumsi masyarakat. Profesor Lambok M. Hutasoit, pakar hidrogeologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menjelaskan bahwa air pegunungan sebenarnya berasal dari sistem akuifer alami yang terbentuk melalui proses geologi yang panjang dan kompleks. Prosesnya dimulai ketika air hujan turun di kawasan pegunungan, kemudian meresap secara perlahan melalui berbagai lapisan batuan dan tanah. Proses resapan alami inilah yang menjadi kunci utama terbentuknya akuifer lapisan batuan berpori yang menyimpan air bersih. "Sumber udara pegunungan itu berada dalam sistem akuifer yang dihasilkan dari proses alami di pegunungan, yaitu hujan yang meresap ke dalam tanah, lalu mengalir ke sumber udara dan diambil dari akuifer bawah tanah di pegunungan," jelas Profesor Lambok, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (24/10/2025). Proses resapan yang bisa memakan waktu bertahun-tahun inilah yang secara alami menyaring udara dan mengisinya dengan mineral-mineral bermanfaat. Pemilihan sumber air dari akuifer pegunungan oleh industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) bukan tanpa alasan ilmiah yang kuat. Dibandingkan dengan air tanah biasa, air dari akuifer pegunungan memiliki kualitas yang lebih terjamin. Profesor Lambok menegaskan bahwa tidak semua air tanah aman untuk dikonsumsi langsung. Salah satunya ada Kromium VI yang sangat beracun. Jadi, tidak sembarangan menggunakan air tanah untuk air minum. Harus dianalisis kimianya terlebih dahulu," tegasnya. Ancaman kontaminasi udara tanah dari berbagai sumber pencemar menjadi pertimbangan utama dalam memilih sumber air yang benar-benar aman. Kualitas udara pegunungan juga sangat ditentukan oleh karakteristik lapisan batuan tempat akuifer terbentuk. Menurut pakar ITB tersebut, batuan pasir, kapur, dan gamping dinilai ideal sebagai sumber udara karena kemampuan menyaring udara secara alami sekaligus melarutkan mineral-mineral penting. Sebaliknya, batuan lumpur dianggap kurang baik karena lebih rentan terhadap kontaminasi. "Batu yang mengandung udara bisa ditemukan pada kedalaman dangkal maupun dalam. Tapi yang dangkal biasanya lebih rawan kontaminasi, baik dari toilet, selokan, maupun limbah lainnya," paparnya. Penjelasan itu semakin mempertegas mengapa air dari akuifer di kawasan pegunungan menjadi pilihan terbaik untuk memastikan keamanan dan kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat setiap hari.